BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillahi rabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah psikologi umum sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah memahami kepada kita tentang syariat islam.
Dalam
makalah ini kami pemakalah akan berusaha menguraikan tentang kognisi atau
gejala pengenalan yang mana kognisi ini adalah merupakan proses yang dilakukan
utnuk memperoleh pengetahuan melalui aktifitas mengingat, menganalisis,
memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa, kapasitas atau
kemampuan kognisi bisa diartikan sebagai kecerdasan psikologi.
BAB II
GEJALA PENGENALAN (KOGNISI)
Gejala pengenalan (kognisi) yang termasuk
kegiatan psikis/kognisi ini adalah gejala-gejala jiwa seperti: pengamatan,
tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi, berfikir, dan intelegensi.
A. Pengamatan.
Pengamatan
atau persepsi adalah aktifitas jiwa yang memungkinkan mengenali rangsangan-rangsangan
yang sampai kepadanya melalui alat-alat indranya. Agar ia dapat menyadari
sesuatu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Adanya objek yang diamati.
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indra atau reseptor. Yang dimaksud stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai
alat indra atau reseptor.
2. Alat indra atau reseptor yang cukup baik, yaitu
merupakan alat untuk menerima stimulus
3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan
pengamatan sesuatu diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah
pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan tanpa perhatian
tidak akan terjadi pengamatan. Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa untuk
mengadakan pengamatan ada syarat-syarat yang bersifat :
a. Fisik atau kealaman
b. Fisik logik
c. Psikologik.
B. Tanggapan
Tanggapan adalah bayangan kesan kenangan
dari pada apa yang pernah kita amati/kenali. Selama tanggapan-tangapan itu
berada dalam bawah sadar, kita sebut tanggapan latent, sedangkan tanggapan-tanggapan
yang berada dalam keadaan sadar, kita sebut tanggapan aktuil.
Perbedaan
antara tangggapan dan pengamatan :
- Pengamatan
terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada
waktu dan tempat.
- Objek
pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak
mendetail atau kabur.
- Pengamatan
memerlukan perangsang, sedang pada tangapan tidak perlu perangsang.
- Pengamatan
bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat immaginer.
C. Ingatan (Memory)
Ingatan
(memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan. Ada 3 unsur dalam perbuatan ingan, ialah menerima kesan-kesan,
menyimpan, dan memproduksikan.
Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah
dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan, oleh karena ingatan merupakan
kemampuan yang terbatas. Secara skematis, proses ingatan itu dapat digambarkan
sebagai berikut :


Menghapal memproduksikan

Luas
= banyak teguh = waktu yang setia = tidak
lama Berubah-ubah
pada skema diatas terlihat beberapa sifat ingatan
yaitu :
- Ingatan yang cepat dan mudah, artinya
seseorang dapat dengan mudah menerima kesan-kesan
- Ingatan yang luas, artinya sekaligus seseorang
dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas..
- Ingatan yang teguh, artinya kesan
yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagaimana pada
waktu menerimanya (tidak mudah lupa).
- Ingatan yang setia, artinya kesan
yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya.
- ingatan mengabdi atau patuh, berarti
bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi secara
lancar.
Cara penyelidikan ingatan:
1. metode mempelajari. (the leraning
method)
Metode
ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat
sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek,
untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat
menimbulkan kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
2. Metode mempelajari kembali (the
relarning method)
Metode ini merupakan metode
yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari kembali materi yang pernah
dipelajari sampai pada suatu kriteria tertenu seperti pada pelajaran tersebut pada pertama kali.
3. Metode rekontruksi.
Metode ini merupakan metode
yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkontruksi kembali suatu materi yang diberikan
kepadanya. Dalam mengkontruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan,
kesalahan-kesalahan yang diperbuat pada waktu kriteria tertentu.
4. Metode mengenal kembali.
Metode ini digunakan dengan
mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh mempelajari
sesuatu materi kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana
yang dapat dingat dengan brntuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan ganda
(multiple choise).
5. metode mengingat kembali.
Metode ini ialah mengambil bentuk
subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6. metode asosiasi berpasangan.
Metode ini mengambil bentuk
subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evalusi salah satu pasangan
digunakan sebagai stimulus, dan subjek disuruh menyebutkan atau menimbulkan
kembali pasangannya.
D. Asosiasi.
Asosiasi
tangapan ialah sangkut-paut antara tanggapan atau dengan yang lainnya didalam
jiwa. Tanggapan yang berasosiasi berkecendrungan untuk memproduksi, artinya
apabila yang satu disadari maka yang lain ikut disadari pula.
Walaupun dalam asosiasi itu ada semacam kebebasan,
namun pada dasarnya mengikuti hukum-hukum tertentu, seperti yang dikemukakan
oleh aritoteles sebagai berikut :
Hukum I : Hukum sama waktu; artinya tanggapan-tanggapan
yang muncul pada saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama.
Misalnya, jika seseorang mengingat gurunya maka teringat pula cara mengajarnya,
dan lain sebagainya.
Hukum II : Hukum berurutan : artinya tanggapan mempunyai
hubungan berturut-turut berasosiasi dan direproduksi kedalam kesadaran.
Misalnya, huruf-huruf abjad, melodi, sejak,, dan lain sebagainya.
Hukum III : Hukum persamaan; artinya tanggapan yang hampir
sama dan benda-benda yang hampir sama berasosiasi dan direproduksi kedalam
kesadaran. Misalnya, potret menimbulkan orangnya, dan lain sebagainya.
Hukum IV : Hukum perlawanan; artinya tanggapan-tanggapan
yang berlawanan berasosiasi dan direproduksi kesadaran. Misalnya, tua-muda,
modern-kuno, besar-kecil dan lain sebagainya.
Hukum V : hukum sebab akibat atau pertalian logis;
artinya tanggapan-tanggapan yang mempunyai kaitan logis satu sama lain, timbul
bersama-sama, erasosiasi, dan diproduksi kedalam kesadaran. Misalnya, jika
hujan lebat menimbulkan jalan licin, dan lain sebagainya.
Bagi
psikologi modern hanya mengenal stau hukum asosiai yaitu hukum kontiguitas
(beralasan, berdampingan). Bunyi hukum kontigunitas ialah “Tanggapan-tanggapan
akan terasosiasi satu sama lain apabila mereka itu kontinu, berdampingan atau
berbatasan satu sama lain, karena timbul bersamaan (koeksisten) secara suksesif
didalam kesadaran:.
E. Fantasi (Khayalan)
Yang
dimaksud dengan fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat
melepaskan diri dari keadaan yang dihadpinya dan menjangkau masa depan, keadaan
yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
- Secara disadari, yaitu apabila
individu betul-betul meyadari akan fantasinya.
- Secara tidak disadari, yaitu bila
iindividu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya, keadaan
semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan
hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atau maksud dari
anak untuk berdusta.
Bedanya dengan berpikir ialah :
- Dengan berpikir kita berusaha untuk
menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, dengan berfantasi
kita menciptakan sesatu yang belum ada, sesuatu yang baru.
- Berpikir terikat kepada realitas, berfantasi
melepaskan kota dari realitas.
F. Berfikir
Berfikir adalah merupakan
aktifitas psikis yang intensional dan terjadi apabila seorang menjumpai
problema (masalah) yang harus dipecahkan.
Jenis-jenis berfikir yang
terjadi/dilakukan orang dalam hal ini dibedakan 3 bentuk berfikir yaitu:
- Yang representatif; yaitu berfikir
yang terletak pada batas tanggapan dan berfikir.
- Yang memahami; yaitu yang lebih
berdifat hasil dari pada berfikir aktivitet.
- Yang menyusun atau strukturir;
termasuk disini usaha menguraikan dan mengatur, dianggap sebagai keigiatan
berfikir yang murni atau sebenarnya.
Selanjutnya dalam hubungannya
dengan bentuk-bentuk berfikir diatas terutama mengenai berfikir murni/
sebenarnya dapat dibedakan sebagai berikut :
- Berfikir yang kreatif inovatif dan
produktif.
- Berfikir tak kreatif
reproduktif/eksekutif.
G. Intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi berasal dari kata
latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama
lain. Menurut istilah pedagogik yang dimaksud dengan intelegensi ialah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfkir
menurut tujuannya.
Tingkatan intellegensi ada 2
yaitu.
- Tingkat rendah adalah orang yang daya
pikirnya lemah, terlalu bodoh, tidak sanggup untuk mengemudikan/mengurus
hidupnya sendiri.
BAB III
PENUTUP
Dengan
terciptanya makalah ini semoga kita bisa lebih memahami tentang mata kuliah psikologi umum khusunya pada
pembahasan kognisi. Dan kami menyadari dalam pembuatan makalah ini kami merasa
banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran dari dosen dan saudara-saudara
kami tunggu, supaya kesalahan-kesalahan ynag terjadi sekarang tidak teulang
kembali dalam makalah-malaklah berikutnya. Dan mudah-mudahan makalah ini bisa
bermanfaat khususnya bagi pemakalah dan bagi kita semua. Amiin
Referensi :
Drs.
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, pedoman ilmu
jaya, Jakarta, 2001.
No comments:
Post a Comment