Sosial icon

Read more: http://hzndi.blogspot.com/2012/06/menambahkan-widget-icon-sprite-media.html#ixzz2Drh6nLxy

Sunday, November 23, 2014

ARTI TASAWUF MENURUT PARA ULAMA TASAWUF



Pandangan tentang Tasawuf dari Abul Qasim Al-Qusyairy an-Naisabury, seorang ulama sufi abad ke-4 hijriyah. Al-Qusyairy sebenarnya lebih menyimpulkan dari seluruh pandangan Ulama Sufi sebelumnya, sekaligus menepis bahwa Tasawuf atau Sufi muncul dari akar-akar historis, bahasa, intelektual dan filsafat di luar Islam.
Dalam buku Ar-Risalatul Qusyairiyah ia menegaskan bahwa kesalahpahaman banyak orang terhadap tasawuf semata-mata karena ketidaktahuan mereka terhadap hakikat Tasawuf itu sendiri. Menurutnya Tasawuf merupakan bentuk amaliyah, ruh, rasa dan pekerti dalam Islam itu sendiri. Ruhnya adalah firman Allah swt:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7-8)
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri dan dia mendzikirkan nama Tuhannya lalu dia shalat.” (QS. Al-A’laa: 14-15)
“Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang alpa” (QS. Al-A’raf: 205)
“Dan bertqawalah kepada Allah; dan Allah mengajarimu (memberi ilmu); dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah: 282)
Sabda Nabi saw:
“Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i)
Tasawuf pada prinsipnya bukanlah tambahan terhadap Al-Qur’an dan hadits, justru Tasawuf adalah implementasi dari sebuah kerangka agung Islam. Secara lebih rinci, Al-Qusyairy meyebutkan beberapa definisi dari para Sufi besar:
Muhammad al-Jurairy:
“Tasawuf berarti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.”
Al-Junaid al-Baghdady:
“Tasawuf artinya Allah mematikan dirimu dari dirimu dan menghidupkan dirimu bersama dengan-Nya.”
“Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah swt. Tanpa keterikatan dengan apa pun.”
“Tasawuf adalah perang tanpa kompromi.”
“Tasawuf adalah anggota dari satu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka.”
“Tasawuf adalah dzikir bersama, ekstase yang diserta sama’ dan tindakan yang didasari Sunnah Nabi.”
“Kaum Sufi seperti bumi, yang diinjak oleh orang saleh maupun pendosa; juga seperti mendung, yang memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu.”
“ Jika engkau meliuhat Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriyahnya, maka ketahuilah bahwa wujud batinnya rusak.”
Al-Husain bin Manshur al-Hallaj:
“Sufi adalah kesendirianku dengan Dzat, tak seorang pun menerimanya dan juga tidak menerima siapa pun.”
Abu Hamzah Al-Baghdady:
“Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah mulia, bersembunyi setelah terkenal. Sedang tanda Sufi yang palsu adalah dia menjadi kaya setelah miskin, menjadi obyek penghormatan tertinggi setelah mengalami kehinaan, menjadi masyhur setelah tersem, bunyi.”
Amr bin Utsman Al-Makky:
“Tasawuf adalah si hamba berbuat sesuai dengan apa yang paling baik saat itu.”
Mohammad bin Ali al-Qashshab:
“Tasawuf adalah akhlak mulia, dari orang yang mulia di tengah-tengah kaum yang mulia.”
Samnun:
“Tasawuf berarti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula dimiliki apapun.”
Ruwaim bin Ahmad:
“Tasawuf artinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan apa pun yang dikehendaki-Nya.”
“Tasawuf didasarkan pada tiga sifat: memeluk kemiskinan dan kefakiran, mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri dan meninggalkan sikap kontra dan memilih.”
Ma’ruf Al-Karkhy:
“Tasawuf artinya, memihak pada hakikat-hakikat dan memutuskan harapan dari semua yang ada pada makhluk”.
Hamdun al-Qashshsar:
“Bersahabatlah dengan para Sufi, karena mereka melihat dengan alasan-alasan untuk mermaafkan perbuatan-perbuatan yang tak baik dan bagi mereka perbuatan-perbuatan baik pun bukan suatu yang besar, bahklan mereka bukan menganggapmu besar karena mengerjakan kebaikan itu.”
Al-Kharraz:
“Mereka adalah kelompok manusia yang mengalami kelapangan jiwa yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan segala-galanya. Mereka diseru oleh rahasia-rahasia yang lebih dekat di hatinya, ingatlah, menangislah kalian karena kami.”
Sahl bin Abdullah:
“Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.”
Ahmad an-Nuury:
“Tanda orang Sufi adalah ia rela manakala tidak punya dan peduli orang lain ketika ada.”
Muhammad bin Ali Kattany:
“Tasawuf adalah akhlak yang baik, barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti ia melebihimu dalam Tasawuf.”
Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary:
“Tasawuf adalah tinggal di pintu Sang Kekasih, sekali pun engklau diusir.”
“Tasawuf adalah Sucinya Taqarrub, setelah kotornya berjauhan denganya.”
Abu Bakr asy-Syibly:
“Tasawuf adalah duduk bersama Allah swt tanpa hasrat.”
“Sufi terpisah dari manusia dan bersambung dengan Allah swt sebagaimana difirmankan Allah swt, kepada Musa, ‘Dan Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku’ (Thoha: 41) dan memisahkanmu dari yang lain. Kemudian Allah swt berfirman kepadanya, ‘Engkau tak akan bisa melihat-Ku’.”
“Para Sufi adalah anak-anak di pangkuan Tuhan Yang Haq.”
“Tasawuf adalah kilat yang menyala dan Tasawuf terlindung dari memandang makhluk.”
“Sufi disebut Sufi karena adanya sesuatu yang membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada nama yang dilekatkan pada mereka.”
Al-Jurairy:
“Tasawuf berarti kesadaran atas keadaaan diri sendiri dan berpegang pada adab.”
Al-Muzayyin:
“Tasawuf adalah kepasrahan kepada Al-Haq.”
Askar an-Nakhsyaby:
“Orang Sufi tidaklah dikotori suatu apa pun, tetapi menyucikan segalanya.”
Dzun Nuun Al-Mishry:
“Kaum Sufi adalah mereka yang mengutamakan Allah swt. diatas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah di atas segala makhluk yang ada.”
Muhammad al-Wasithy:
“Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan dan sekarang tak ada sesuatu pun yang tinggal selain kesedihan.”
Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusy:
“Aku bertanya kepada Ali al-Hushry, ‘siapakah, yang menurutmu Sufi itu?’ Lalu ia menjawab, ‘Yang tidak di bawa bumi dan tidak dinaungi langit’. Dengan ucapannya menurut saya, ia merujuk kepada keleburan.”
Ahmad ibnul Jalla’:
“Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat ilmiyah, namun kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama sekali tidak memiliki sarana-sarana duniawi. Mereka bersama Allah swt tanpa terikat pada suatu tempat tetapi Allah swt, tidak menghalanginya dari mengenal semua tempat. Karenanya disebut Sufi.”
Abu Ya’qub al-Madzabily:
“Tasawuf adalah keadaan dimana semua atribut kemanusiaan terhapus.”
Abul Hasan as-Sirwany:
“Sufi yang bersama ilham, bukan dengan wirid yang mehyertainya.”
Abu Ali Ad-Daqqaq:
“Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah, ‘Inilah jalan yang tidak cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt, untuk menyapu kotoran binatang’.”
“Seandainya sang fakir tak punya apa-apa lagi kecuali hanya ruhnya dan ruhnya ditawarkannya pada anjing-anjing di pintu ini, niscaya tak seekor pun yang menaruh perhatian padanya.”
Abu Sahl ash-Sha’luki:
“Tasawuf adalah berpaling dari sikap menentang ketetapan Allah.”

By.
Mahkota RuhaniTop of Form
Bottom of Form

Friday, November 21, 2014

PEMBAHASAN BASMALAH

HURUF AL-BASMALAH

Jumlah huruf yang diucapkan bagi kalimat Al-Basmalah ini ada delapan belas sedangkan yang termaktub dalam bentuk penulisan adalah sembilan belas. Ketika dijelaskan kalimat-kalimat tersebut, ianya mengandung dua puluh dua huruf. Delapan belas mengisyaratkan kepada Al-'Awalim (العوالم) yakni sekelian alam yang diiktibarkan sebagai Delapan Belas Ribu 'Alam. Karena Al-Alfu (الألف) yang berarti seribu adalah merupakan jumlah yang sempurna mencakup atas saldo intensitas jumlah, maka jumlah seribu dianggap sebagai Ummu Al-Maratib (أم المراتب) yang mana tidak ada jumlah yang mengatasinya. Maka, Delapan Belas Ribu 'Alam tersebut diiktibarkan sebagai Ummahat Al-'Awalim (أمهات العوالم) yang mencakup' Alam Jabarut, 'Alam Malakut,' Arash, Kursi, Tujuh Petala Langit, Empat Anasir dan sekelian konstituen-juzuknya. Sembilan belas huruf adalah mengisyaratkan kepada 'Alam Insani. Meskipun ia termasuk dalam 'Alam Hewan, namun dengan mengambil iktibar pada kemuliaannya dan keterhimpunannya secara keseluruhan dan meliputi segala keberadaan' Alam yang lain, ada hal pekerjaan yang besar dan argumen baginya.

Hadhrat Imam Al-Waqi ', Hadhrat Imam Ats-Tsa'labi, Hadhrat Imam Al-Qurtubi dan Hadhrat Ibnu' Atiyyah Rahmatullah 'alaihim telah meriwayatkan sebuah Hadits dari Hadhrat Al-A'mash Rahmatullah' Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat Abi Wail rahmatullah 'Alaih dan beliau telah meriwayatkannya dari Hadhrat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu' Anhu bahwa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

من أراد أن ينجيه الله من الزبانية التسعة عشر فليقرأ "بسم الله الرحمن الرحيم" فيجعل الله له من كل حرف منها جنة من كل واحد

"Barangsiapa berkehendak agar Allah memeliharanya dari siksa Malaikat Zabaniyyah Penjaga Neraka yang sebanyak sembilan belas, maka hendaklah dia mengucapkan" Bismillahir-Rahmanir-Rahim ", karena Allah akan menjadikan baginya dari setiap huruf dari pengucapannya sebagai perisai dari segala sesuatu."

Ada tiga huruf Alif (ا) yang terhijab untuk menyempurnakan jumlah dua puluh dua huruf yang terurai adalah mengisyaratkan kepada 'Alam Ilahi Al-Haqq (العالم الإلهي الحق) dengan diiktibarkan kepada Zat, Sifat dan Af'al. Maka, ada tiga 'alam secara Tafsil yang pada hakikatnya adalah mengacu kepada' Alam Yang Maha Satu. Tiga huruf Alif (ا) yang tertulis adalah mengisyaratkan bahwa pengungkapan tiga alam tersebut adalah pada Mazhar yakni tempat pengungkapan yang agung yaitu Insan dan sebagai menghijabkan 'Alam Ilahi.

TUJUH AYAT AL-FATIHAH

Dalam Tafsir Jalalain ada dinyatakan bahwa Surah Al-Fatihah adalah Surah yang diturunkan di Makkah berisi tujuh ayat beserta tasmiyah yang juga dikenal sebagai Al-Basmalah (البسملة). Seandainya Al-Basmalah (البسملة) adalah dari konten Surah Al-Fatihah, maka ayat yang ketujuh adalah "Shiratal-ladzîna" (صراط الذين) sampai ke akhirnya, dan jika Basmalah bukan dari Surah Al-Fatihah, maka ayat yang ketujuh adalah "ghairil -Maghdhubi "(غير المغضوب) sampai ke akhirnya.

Telah timbul Ikhtilaf perselisihan pendapat mengenai posisi ayat Al-Basmalah (البسملة) atau At-tasmiyah (التسمية) ini. Ada tiga Mazhab pendapat mengenai hal ini seperti yang telah dinukilkan oleh Hadhrat Imam Al-Baghawi Rahmatullah 'Alaih di dalam Tafsir beliau yang berjudul Mu'allim At-Tanzil seperti berikut:

1. Pendapat mazhab yang pertama adalah Para Qurra yaitu orang-orang yang terampil berkenaan Al-Quran dari kalangan penduduk Madinah, Basrah dan Para Fuqaha yaitu orang-orang yang terampil dalam bidang ilmu Fiqah di Kufah. Mereka berpendapat bahwa ayat tersebut bukan dari ayat pembukaan Al-Kitab Al-Quran dan bukan pula ayat pembukaan Surat-Surat yang lain. Pembukaan pembacaan Al-Quran dengan ayat tersebut adalah untuk menghasilkan maksud At-Tayammun (للتيمن) dan At-Tabarruk (التبرك) yakni bertujuan memperoleh keuntungan dan keberkahan dengan Nama-Nama Allah Ta'ala.

2. Pendapat Mazhab yang kedua adalah dari kalangan Para Qurra di Makkah, Kufah dan kebanyakan Para Fuqaha di Hijaz dengan menganggap bahwa ayat tersebut adalah dari Surah Al-Fatihah dan bukan ayat dari sekelian Surah karena ini dituliskan sebagai Klausul pembagi untuk setiap Surah.

3. Pendapat Mazhab yang ketiga adalah pendapat Hadhrat Ats-Tsauri, Hadhrat Ibnu Al-Mubarak dan Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy Rahmatullah 'alaihim. Mereka berpendapat bahwa ayat tersebut adalah dari Surah Al-Fatihah dan juga dari setiap Surah kecuali Surah At-Taubah karena ianya telah ditulis di dalam Mushaf dengan tulisan pada hampir setiap Surah di dalam Al-Quran.

Hadhrat Imam Al-Mawardi Rahmatullah 'Alaih telah menukilkan di dalam Tafsir An-Nukat Wa Al-'Uyun karangannya bahwa, telah menjadi Ijma' kesepakatan Para 'Ulama dan Mufassirin bahwa Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) adalah dari isi Al-Quran di dalam Surah An-Naml.

Meskipun demikian, ada perselisihan pendapat pada mengitsbatkannya sebagai konten dari Surah Al-Fatihah. Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy Rahmatullah 'Alaih dan sebagian Para' Ulama telah mengitsbatkan Al-Basmalah (البسملة) sebagai ayat awal bagi setiap Surah kecuali Surah At-Taubah. Hadhrat Imam Abu Hanifah Rahmatullah 'Alaih membantah pendapat tersebut dengan menganggap bahwa ini bukan termasuk sebagai ayat awal bagi setiap Surah.

Telah bersepakat Para 'Ulama bahwa Surah Al-Fatihah adalah mengandung tujuh ayat. Di sisi Hadhrat Imam Al-Baghawi Rahmatullah 'Alaih ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) adalah ayat yang pertama dari Surah Al-Fatihah dan awal ayat yang terakhir adalah Siratal-ladzîna (صراط الذين). Bagi mereka yang tidak menggapkannya sebagai ayat dari Surah Al-Fatihah telah membuat ayat yang pertama adalah Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin (الحمد لله رب العالمين) dan awal ayat yang terakhir ialah ghairil-Maghdhzubi 'alaihim (غير المغضوب عليهم).

Antara hujjah mereka yang membuat Al-Basmalah sebagai suatu ayat dari Surah Al-Fatihah dan juga sebagai suatu ayat dari Surat-Surat yang lain adalah karena telah dituliskan di dalam Mushaf Al-Quran dengan tulisan sebagaimana yang tertulis di dalam Al-Quran. Selain itu mereka mengajukan sebuah riwayat dari Hadhrat 'Abdul Wahhab Bin Muhammad Al-Kisai Rahmatullah' Alaih bahwasanya Hadhrat Abu Muhammad 'Abdul' Aziz BinAhmad Al-Khilal telah menyatakan bahwa Hadhrat Abu Al-'Abbas Muhammad Bin Ya'aqub Al-Asam Rahmatullah 'Alaih telah menyatakan bahwasanya Hadhrat Ar-Rabi' bin Sulaiman telah menyatakan bahwa Hadhrat Imam Ash-Shafi'iy telah menyatakan bahwa Hadhrat 'Abdul Majid telah meriwayatkan dari Hadhrat Ibnu Juraij Rahmatullah' Alaih bahwa ia telah berkata bahwa ayahnya yaitu Hadhrat Juraij Rahmatullah 'Alaih telah mengabarkan dari Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu telah membacakan Firman Allah dari Surah Al-Hijr ayat 87,

Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung. [Al-Hijr: 87]

Selanjutnya, Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu berkata bahwa Surah Al-Fatihah adalah Ummu Al-Quran (أم القرآن). Kemudian, Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu telah membacakan Surah tersebut sampai habis kepada Hadhrat Juraij Rahmatullah' Alaih lalu mengatakan bahwa,
"Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) adalah ayat yang ketujuh".

Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu berikutnya telah berkata,
"Hadhrat Ibnu 'Abbas telah membacakannya kepadaku sepertimana daku telah membacakannya kepada kamu, kemudian ia berkata,

بسم الله الرحمن الرحيم الآية السابعة فذخرها لكم فما أخرجها لأحد قبلكم.

"Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah ayat yang ketujuh, maka ia telah disimpan untuk kamu dan tidak pernah ia dikeluarkan untuk siapa pun sebelum kamu."

Bagi mereka yang tidak menganggapkan Al-Basmalah sebagai satu ayat dari Surah Al-Fatihah telah berhujjah dengan sebuah riwayat yang telah dikabarkan oleh Hadhrat Abu Al-Hasan Muhammad Bin Muhammad Ash-Shirazi Rahmatullah 'Alaih telah mengabarkan bahwa Hadhrat Zahir Bin Ahmad Rahmatullah' Alaih telah mengabarkan bahwa Hadhrat Abu 'Isa Ishaq Al-Hashimi Rahmatullah' Alaih telah mengabarkan dari Hadhrat Abu Mus'ab Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Malik Rahmatullah' Alaih dari Hadhrat Hamid At-Tawil Rahmatullah 'Alaih dari Hadhrat Anas bin Malik radhiyallahu' anhu bahwa beliau telah mengatakan,
"Daku telah pernah berdiri Solat di belakang Hadhrat Abu Bakar As-Siddiq dan Hadhrat Umar Bin Al-Khattab dan Hadhrat 'Utsman Bin Affan Radhiyallahu' Anhum dan sesungguhnya semua mereka tiadalah membaca Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم) ketika sudah memulai Solat. "

Hadhrat Sa'id Bin Jabir Radhiyallahu 'Anhu meriwayatkan dari Hadhrat Ibnu' Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu' Alaihi Wasallam tidak dapat mengenali tanda-tanda yang membedakan sebuah Surah sampai diturunkan ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم).

Hadhrat Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu telah berkata,

كنا لا نعلم فصل ما بين السورتين حتى ينزل بسم الله الرحمن الرحيم.

"Sesungguhnya kami tidak mengetahui pasal yang menjadi pemisah di antara dua buah Surah sampai turun ayat Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم الله الرحمن الرحيم)."

Hadhrat Imam Ash-Shu'bi Rahmatullah 'Alaih telah mengatakan bahwa, adalah menjadi kebiasaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu' Alaihi Wasallam menulis pada awal setiap urusan atas kebiasaan bangsa Quraish yaitu dengan menuliskan Bismika Allahumma (باسمك اللهم) sampai ayat 41 dari Surah Hud diturunkan,

Dan Nuh 'Alaihissalam berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut Nama Allah di waktu berlayar dan ketika berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengubah awal penulisannya dengan kalimah Bismillah (باسم الله) sampai ayat dari Surah Al-Isra ayat 110 telah diturunkan,

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia memiliki Al-Asma Al-Husna yaitu Nama-Nama yang terbaik dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam Solatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya itu ".

Maka, Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengubah awal penulisannya dengan kalimah Bismillahir-Rahman (بسم الله الرحمن) sampai turun ayat 30 dari Surah An-Naml,

Sesungguhnya surat itu dari Hadhrat Nabi SuIaiman 'Alaihissalam dan sesungguhnya isinya adalah: "Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Yang Maha Penyayang."

Maka Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam telah menurutinya dalam memulai penulisan dengan kalimah Bismillahir-Rahmanir-Rahim (بسم ٱلله ٱلرحمن ٱلرحيم).


By.
Makota Ruhani

KISAH PARA WALI ABDAL

Dikisahkan bahwa di suatu zaman pada masa dahulu ada seorang nelayan tua yang kehidupannya hanya menangkap ikan sambil bertasbih. Pekerjaannya itu dilakukan sehari- hari dengan istiqamah. Tiba-tiba ia di datangi oleh 39 orang berpakaian gamis dan jubah dengan menggunakan surban. Seorang pemimpin dari mereka langsung berkata kepada nelayan tua itu: “Kami dari para Wali Abdal ingin mencari (anggota) sahabat yang baru. Jumlah kami sebelumnya adalah 40 orang, tetapi setelah salah seorang di antara kami meninggal maka jumlah kami sekarang 39 orang. Maukah anda ikut dengan kami dan diangkat menjadi seorang Wali Allah?” Betapa tercengangnya nelayan itu dan langsung menyetujuinya. Namun sebelum itu ia menanyakan: “Katanya seorang Wali itu bisa berjalan di atas air, apakah saya bisa melakukannya setelah menjadi seorang Wali?” Maka jawab pemimpin  Wali Abdal itu: “Oh tentu, Insya Allah. Silahkan buktikan”. Setelah itu nelayan tua itu membuktikan kebenaran ucapan Wali tersebut. Dan ternyata benar, kakinya tidak tenggelam ke dasar laut. Dengan serta merta ia berujar dengan gembiranya: “Baiklah, aku mau ikut bersama kalian”. Pemimpin Wali itu berkata: “Kalau kamu ingin ikut dengan kami, ada satu syarat yang harus kamu penuhi. Jika tidak, kami tidak mengakuimu lagi sebagai anggota dari kami. Yaitu, jangan engkau membantah(berkomentar) atas apapun yang akan terjadi. Apakah kamu sanggup?” Karena merasa ringan akan syarat tersebut maka nelayan tua itu menyetujuinya. Lalu ikutlah ia bersama para Wali Abdal tersebut, yang sekarang telah genap berjumlah 40 orang. Belum lama dari peristiwa tersebut, 40 Wali tadi berdzikir bersama di atas sebuah kapal dan melakukan ibadah ritual lainnya. Pemimpin Abdal, setelah acara selesai berkata: “Kini tibalah waktunya kita makan bersama”. Seketika itu datanglah sebuah hidangan dari langit yang berisi ikan yang amat besar”. Melihat kejadian itu terkagum-kagum nelayan tua itu, dikarenakan baru menyaksikan hal itu seumur hidupnya. Baru saja ikan itu dihidangkan, Pak tua itu langsung mencicipi ikan tadi. Kontan dari mulutnya mengatakan: “Wah, ikannya memang besar, tapi lebih lezat lagi kalau dikasih garam”. Pada saat itulah para Wali tadi menghadapkan wajahnya kepada Pak tua, dan berkatalah pemimpin Abdal: “Wahai Pak tua, tak pantas rasanya seorang Wali mengucapkan perkataan itu, padahal rizqi yang datang di hadapan kita ini Allah yang memberi dan kita tinggal menerima. Anda mencela rizqi dariNya berarti anda mencelaNya. Maka sudah kukatakan sebelumnya bahwa syarat mengikuti kami adalah jangan membantah (mengomentari) apa-apa yang akan terjadi. Dengan sangat menyesal kami tidak dapat menerimamu di hadapan kami”. Setelah itu Pak Tua menjadi nelayan kembali


by
Mahkota Ruhani

Sunday, November 2, 2014

MACAM-MACAM BISIKAN

Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani R.A di dalam kitabnya al-Ghunyah; 1/101, menyebutkan: “Di dalam hati manusia terdapat dua ajakan: Pertama ajakan malaikat. Ajakan malaikat itu mengajak kepada kebaikan dan membenarkan kepada yang benar (haq); dan kedua, ajakan musuh. Ajakan musuh itu mengajak kepada kejahatan, mengingkari kebenaran dan melarang kepada kebajikan”. Yang demikian telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud R.A.

Al-Hasan al-Bashri R.A berkata: “Sesungguhnya kedua ajakan itu adalah kemauan yang selalu mengitari hati manusia, kemauan dari Allah dan dari musuh, hanya dengan sebab Rahmat Allah, seorang hamba mampu mengontrol kemauan-kemauannya tersebut. Oleh karena itu, apa-apa yang datang dari Allah hendaknya dipegang oleh manusia dengan erat-erat dan apa yang datang dari musuh, dilawannya kuat-kuat “.

Mujahid R.A berkata; Firman Allah s.w.t:

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

“Dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi”. (QS. an-Nas; 114/4)

Bisikan itu mencengkram hati manusia, apabila manusia berdzikir kepada Allah, maka setan itu akan melepaskan cengkramannya namun apabila manusia kembali lupa, maka setan itu akan kembali mencengkram hatinya. Muqotil R.A berkata: “Dia adalah setan yang berbentuk babi hutan yang mulutnya selalu menempel di hati manusia, dia masuk melalui jalan darah untuk menguasai manusia lewat hatinya. Apabila manusia melupakan Allah Ta’ala, dia menguasai hatinya dan apabila manusia sedang berdzikir kepada Allah dia melepaskan dan keluar dari jasad manusia itu“.

Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani R.A berkata, bahwa di dalam hati ada enam bisikan (khotir): (1) Bisikan nafsu syahwat; (2) Bisikan setan; (3) Bisikan ruh; (4) Bisikan malaikat; (5) Bisikan akal; dan (6) Bisikan keyakinan.

1. Bisikan Nafsu Syahwat
Bisikan nafsu syahwat adalah bisikan yang secara qudroti tercipta untuk memerintah manusia mengerjakan kejelekan dan memperturutkan hawa nafsu.

2. Bisikan Setan
Bisikan setan itu adalah perintah agar manusia menjadi kafir dan musyrik (menyekutukan Allah), berkeluh-kesah, ragu terhadap janji Allah s.w.t cenderung berbuat maksiat, menunda-nunda taubat dan apa saja yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur baik di dunia maupun di akherat. Ajakan setan ini adalah ajakan paling tercela dari jenis ajakan jelek tersebut.

3. Bisikan Ruh
Bisikan ruh adalah bisikan yang mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan juga kepada apa saja yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan keselamatan dan kemuliaan manusia, baik di dunia maupun di akherat. Ajakan ini adalah dari jenis ajakan yang baik dan terpuji.

4. Bisikan Malaikat
Bisikan malaikat sama seperti bisikan ruh, mengajak manusia mengikuti kebenaran dan ketaatan kepada Allah s.w.t dan segala yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan dan juga kepada apa saja yang menyebabkan keselamatan dan kemuliaan.

5. Bisikan Akal
Bisikan akal adalah bisikan yang cenderung mengarahkan pada ajakan bisikan ruh dan malaikat. Dengan bisikan akal tersebut sekali waktu manusia mengikuti nafsu dan setan, maka manusia terjerumus kepada perbuatan maksiat dan mendapatkan dosa. Sekali waktu manusia mengikuti bisikan ruh dan malaikat, maka manusia beramal sholeh dan mendapatkan pahala. Itulah hikmah yang dikehendaki Allah s.w.t terhadap kehidupan manusia. Dengan akalnya, supaya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidup yang dikehendaki namun kemudian manusia juga harus mampu mempertanggungjawabkan atas kesalahan dan kejahatan dengan siksa dan neraka dan menerima balasan dari amal sholeh dengan pahala dan surga.

6. Bisikan Keyakinan
Bisikan yakin adalah Nur Iman dan buah ilmu dan amal yang datangnya dari Allah s.w.t dan dipilihkan oleh Allah s.w.t. Ia diberikan khusus hanya kepada para kekasih-Nya dari para Nabi, ash-Shiddiq, asy-Shuhada’ dan para Wali-wali-Nya. Bisikan yakin itu berupa ajakan yang selalu terbit dari dalam hati untuk mengikuti kebenaran walau seorang hamba itu sedang dalam lemah wiridnya. Bisikan yakin itu tidak akan sampai kepada siapapun, kecuali terlebih dahulu manusia menguasai tiga hal; (1) Ilmu Laduni; (2) Ahbārul Ghuyūb (khabar dari yang gaib); (3) Asrōrul Umur (rahasia segala urusan).

Bisikan yakin itu hanya diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang-orang yang dicintai-Nya, dikehendaki-Nya dan dipilih-Nya. Yaitu orang-orang yang telah mampu fana di hadapan-Nya. Yang telah mampu gaib dari lahirnya. Yang telah berhasil memindahkan ibadah lahir menjadi ibadah batin, baik terhadap ibadah fardhu maupun ibadah sunnah. Orang-orang yang telah berhasil menjaga batinnya untuk selama-lamanya. Allah s.w.t yang mentarbiyah mereka. Sebagaimana yang telah dinyatakan dengan firman-Nya:

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِي

“Sesungguhnya Waliku adalah Allah, dan Dia mentarbiyah (memberikan Walayah) kepada orang-orang yang sholeh”. (QS. al-A’raaf; 7/196)

Orang tersebut dipelihara dan dicukupi dengan sebab-sebab yang dapat menyampaikan kepada keridlaan-Nya dan dijaga serta dilindungi dari sebab-sebab yang dapat menjebak kepada kemurkaan-Nya. Orang yang setiap saat ilmunya selalu bertambah. Yaitu ketika terjadi pengosongan alam fikir, maka yang masuk ke dalam bilik akalnya hanya yang datangnya dari Allah s.w.t. Seorang hamba yang ma’rifatnya semakin hari semakin kuat. Nurnya semakin memancar. Orang yang selalu dekat dengan yang dicintainya dan yang disembahnya. Dia berada di dalam kenikmatan yang tiada henti. Di dalam kesenangan yang tiada putus dan kebahagiaan tiada habis. Surga baginya adalah apa yang ada di dalam hatinya.

Ketika ketetapan ajal kematiaannya tiba, disebabkan karena masa baktinya di dunia fana telah purna, maka untuk dipindahkan ke dunia baqo’, mereka akan diberangkatkan dengan sebaik-baik perjalanan. Seperti perjalanan seorang pengantin dari kamar yang sempit ke rumah yang luas. Dari kehinaan kepada kemuliaan. Dunia baginya adalah surga dan akherat adalah cita-cita. Selama-lamanya mereka akan memandang wajah-Nya yang Mulia, secara langsung tanpa penghalang yang merintangi. Allah s.w.t menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu, berada di taman-taman dan sungai-sungai – Di tempat yang disenangi di sisi Tuhannya yangMaha Kuasa” .
(QS. al-Qomar; 54/54)

Dan firman Allah s.w.t:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan tambahan “.

(QS. Yunus; 10/26)

Firman Allah s.w.t di atas: “Ahsanuu”, artinya berbuat baik dengan menta’ati Allah s.w.t dan Rasul-Nya, serta selalu mensucikan hatinya dengan meninggalkan amal ibadah yang selain untuk-Nya. Allah s.w.t akan membalasnya di akherat dengan surga dan kemuliaan. Diberi kenikmatan dan keselamatan. Ditambahi dengan pemberian yang abadi. Yaitu selama-lamanya memandang kepada wajah-Nya yang Mulia.

“Nafsu dan Ruh” adalah dua tempat bagi setan dan malaikat. Keadaannya seperti pesawat penerima yang setiap saat siap menerima signal yang dipancarkan oleh dua makhluk tersebut. Malaikat menyampaikan dorongan ketakwaan di dalam ruh dan setan menyampaikan ajakan kefujuran di dalam nafsu. Oleh karena itu, nafsu selalu mengajak hati manusia untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan fujur.

Di antara keduanya ada Akal dan Hawa. Dengan keduanya supaya terjadi proses hikmah dari rahasia kehendak dan keputusan Allah yang azaliah. Yaitu supaya ada pertolongan bagi manusia untuk berbuat kebaikan dan dorongan untuk berbuat kejelekan. Kemudian akal menjalankan fungsinya, memilih menindaklanjuti pertolongan dan menghindari ajakan kejelekan, dengan itu supaya tidak terbuka peluang bagi hawa untuk menindaklanjuti kehendak nafsu dan setan. Sedangkan di dalam hati ada dua pancaran Nur, “Nur Ilmu dan Nur Iman”. itulah yang dinamakan yakin. Kesemuanya indera tersebut merupakan alat-alat atau anggauta masyarakat hati. Hati bagaikan seorang raja terhadap bala tentaranya, maka hati harus selalu mampu mengaturnya dengan aturan yang sebaik-baiknya. (Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani, “Al-Ghunyah”; 1/101)

Walhasil, yang dimaksud alam ruhaniah itu bukan alam jin atau alam ghaib, tetapi alam-alam batin yang ada dalam jiwa manusia. Alam batin yang menyertai alam lahir manusia secara manusiawi. Dengan alam batin, manakala indera-indera yang ada di dalam alam batin itu hidup, maka manusia bisa mengadakan interaksi dengan makhluk batin dengan segala rahasia kehidupan yang ada di dalamnya sebagaimana dengan alam lahir manusia dapat mengadakan komunikasi dengan makhluk lahir dengan segala urusannya.

Untuk menghidupkan indera-indera yang ada di alam batin tersebut, manusia harus mampu mencapainya dengan jalan melaksanakan mujahadah dan riyadhoh di jalan Allah. Mengharapkan terbukanya matahati (futuh) dengan menempuh jalan ibadah (thoriqoh) dengan bimbingan seorang guru mursyid sejati. Perjalanan tersebut bukan menuju suatu tempat yang tersembunyi, melainkan menembus pembatas dua alam yang di dalamnya penuh mesteri. Dengan itu supaya ia mencapai suatu keadaan yang ada dalam jiwa yang dilindungi, supaya dengan keadaan itu ia dapat menemukan rahasia jati diri yang terkadang orang harus mencari setengah mati. Itulah perjalanan tahap awal yang harus dicapai seorang salik dengan sungguh hati. Lalu, dengan mengenal jati diri itu, dengan izin Allah selanjutnya sang pengembara sejati dapat menemukan tujuan akhir yang hakiki, yakni menuju keridhoan Ilahai Rabbi.

Mahkota Ruhani

PARADIGMA PENYAKIT

Bila disebut tentang penyakit terbayanglah kepada kita penyakit-penyakit yang pernah kita alami dan dialami juga oleh orang lain. Ada penyakit yang menyerang tubuh badan dan ada penyakit yang menyerang jiwa atau perasaan. Berbagai macam istilah digunakan untuk membedakan di antara satu penyakit dengan penyakit yang lain. Dalam nama-nama penyakit semua huruf dari A hingga ke Z digunakan, menunjukkan banyaknya penyakit-penyakit yang telah dikenal pasti oleh manusia. Kadang-kadang seseorang yang sakit lebih takut kepada istilah penyakit daripada penyakit itu sendiri. Istilah yang paling ditakuti oleh manusia zaman ini ialah AIDS kerana ilmu pengobatan belum mempunyai hasil yang memuaskan untuk menangani penyakit tersebut.
Penyakit bukan saja melanda masyarakat dan manusia malah hewan dan tumbuh-tumbuhan juga terkena penyakit. Benda-benda galian juga terkena penyakit. Contohnya besi, penyakitnya berkarat dan nasi penyakitnya basi. Penyakit Adalah sesuatu yang menyeluruh, menyerang yang bernyawa dan yang tidak bernyawa. Apabila penyakit menyerang yang bernyawa maka mangsanya di giring kepada kematian. Bila penyakit menyerang yang tidak bernyawa maka mangsanya digiring kepada kebinasaan yaitu rusak, keriput atau hancur.
Penyakit menjadi musuh utama manusia. Manusia tidak menyerah bulat-bulat kepada keganasannya. Dalam menangani masalah penyakit, manusia mengambil langlah-langkah mengobati orang yang telah dihinggapi penyakit dan melakukan pencegahan kepada yang belum berpenyakit. Perbelanjaan yang besar digunakan bagi tujuan merawat dan pencegahan tersebut. Kajian demi kajian, penelitian demi penelitian dilakukan, hasilnya muncullah para dokter yang pakar dalam semua bidang penyakit. Muncullah obat-obatan yang di anggap bisa mengobati penyakit. rumah sakit dibangun di mana tempat. Tidak cukup dengan pengobatan moden, ada pula pengobatan tradisional, yang semuanya dituju untuk mengobati penyakit atau mencegahnya.
Manusia boleh saja berusaha mencegah dan mengobati tetapi tidak berupaya untuk menghapuskan penyakit. Seseorang yang belum terkena penyakit boleh saja melakukan usaha pencegahan sehingga dia terhindar dari penyakit tersebut. Orang yang telah diserang penyakit boleh berobat sehingga penyakitnya sembuh, namun tidak ada obat dan alat untuk menghapuskan penyakit. Penyakit akan berjalan terus dari satu orang kepada orang yang lain. Apa yang manusia lakukan. Adalah merawat akibat dari tindakan penyakit atau mengadakan langkah pencegahan dari terkena akibatnya sedangkan penyakit itu sendiri tidak dapat ditangani. Bagaimana mau menangani penyakit sedangkan tidak ada yang pernah melihat penyakit dan tidak diketahui hakikatnya yang sebenar penyakit. Apa yang dilihat atau diketahui. Adalah kesan atau akibat dari tindak tanduk penyakit sementara hakikat penyakit itu sendiri tersembunyi. Manusia boleh merasakan kesakitan tetapi mereka tidak bisa melihat atau menjelaskan apakah yang sebenarnya kesakitan itu. rasa sakit itu bisa dirasakan tetapi tidak bisa dirupakan dan dijelaskan suatu nama penyakit di ambil dari rasa yang di timbulkan dan kesan yang mengenai si sakit sehingga di ambil suatu kesimpulan dari nama sakitnya, sementara bentuk dari sakit sendiri itu tetap menjadi rahasia, para pakar kedokteran hanya mengambil suatu kesimpulan, dan tak jarang kesimpulan yang di ambi, dari sakit itu adalah salah, tapi pasien tak bisa berkata tidak, hanya pasrah saja sakitnya di tuduhkan sakit apa.
Penyakit yang melibatkan tubuh badan biasanya mudah diketahui. Pasien menyadari yang dia berpenyakit walaupun dia tidak pasti apakah penyakitnya. Kesadaran tersebut membawanya berjumpa dengan dokter untuk mendapatkaan rawatan atau jawaban pasti dari sakit yang di rasdakannya. Jadi, sebarang penyakit yang mengenai tubuh badan mudah diketahui dan mudah di simpulkan karena bersifat jasmani, kesimpulan juga bisa di ambil, misal sakit di gigi maka di ambil kesimpulan sakit gigi, sakit di mata , maka di ambil kesimpulan sakit mata, dll, lalu nama-nama aneh di pakai nama sakit itu, agar obat makin beragam, dan beraneka warna, di sesuaikan dengan sakitnya, juga dokter makin macam-macam spesialisasinya.
Namun, terdapat banyak penyakit yang tidak mengenai tubuh badan tetapi sangat sukar diketahui. Orang yang berpenyakit tidak mengetahui dan tidak menganggap dirinya berpenyakit. Bahkan kebanyakan manusia menganggap penyakit tersebut sebagai bukan penyakit. Tetapi, sekiranya direnung dengan mendalam didapati penyakit yang tidak dianggap sebagai penyakit itu sangat membahayakan kepada kehidupan manusia, lebih berbahaya daripada penyakit yang menyerang tubuh badan. Cuba kita perhatikan akibat yang timbul daripada penyakit-penyakit yang dianggap sebagai bukan penyakit itu.
CONTOH PERTAMA
Seorang kanak-kanak berumur tiga tahun mati akibat didera. Seluruh masyarakat mengakui bahawa kematian itu Adalah akibat deraan. Perbuatan mendera adalah perubatan yang kejam. Orang yang melakukannya dikatakan seorang yang kejam. Si pendera itu dianggap sebagai seorang yang kejam bukan sebagai seorang yang berpenyakit. Kita tidak melihat bahwa orang tersebut menghidap penyakit yang menyebabkan dia bisa bertindak kejam dan ganas. Kekejaman bukanlah sifatnya tetapi ia adalah sifat penyakit yang dihinggapinya. Oleh sebab orang tadi tidak tahu dia berpenyakit dan orang lain juga tidak sadar dia berpenyakit maka penyakit itu dapat bergerak dengan bebas menguasai orang itu sehingga dia tidak ada daya melawan. Bila penyakit sudah dapat menguasainya, maka penyakit tersebut menyalurkan sifat-sifatnya kepada orang tadi. Si mangsa hanya menjadi alat kepada penyakit yang menguasainya. Penyakit itulah yang mendera anak-anak berkenaan sehingga mati, dengan menggunakan manusia sebagai alatnya.
CONTOH KEDUA
Seorang isteri coba berdaya upaya untuk menyenangkan hati suaminya. Dia bersopan santun menguruskan rumahtangga dengan baik dan menjaga keperluan suaminya dengan teratur. Secara logikanya sang suami tentunya puas hati mempunyai isteri yang baik serta bertanggungjawab dan tentunya sang suami juga menjadi suami yang baik dan bertanggungjawab. Tetapi, yang terjadi sebaliknya Sang suami tidak pernah menunjukkan sikap berpuas hati dengan isterinya. Dia senantiasa mengomel. Ada saja perbuatan isterinya yang tidak di suka pada pandangannya. Bukan itu saja bahkan sang suami gemar memikul isterinya tanpa alasan yang jelas, Sang isteri pula boleh menerima deraan suaminya seolah-olah deraan itu satu kemanisan bagi rumahtangga mereka. sebagai ketaatan pada isuaminya, dan di anggap akan mendapatkan pahala, Sang suami gemar menunjukkan kejantanannya dengan memikul isterinya dan dia berasa puas mendengar isterinya merayu dan menyembahnya. Sang isteri pula merasakan dia telah membuktikan kasih sayangnya dengan menerima deraan suaminya. Bahkan sang isteri itu berasa bangga bila dia mengugut mahu meninggalkan suaminya maka sang suami itu merayu pula kepada isterinya sambil memohon ampun dan maaf atas kekasaran yang telah dilakukannya.
Suami isteri ini menganggap fenomena yang berlaku dalam rumahtangga mereka sebagai sesuatu yang normal. Mereka tidak merasakan yang mereka berdua berpenyakit. Orang di keliling mereka juga tidak menganggap pasangan tersebut berpenyakit. Maka tidak ada usaha pengobatan dilakukan.
CONTOH KETIGA
ada pertandingan sepak bola antar kampung, ketika pertandingan berlangsung maka salah satu kemasukan gol, karena kemasukan gol maka para pendukung sporter tak terima yang di dukungnya kalah, lalu menyalahkan kesebelasan lawan yang telah memasukkan gol, dan terjadilah lempar botol atau apa saja ke group lawan, sporter lawan pun tak terima kalau pemain yang di dukungnya di lempar maka balas melempar akhirnya terjadi tawuran antara sporter dan adu jotos antara pemain, dan banyak yang luka bahkan kerusuhan meluas ke kampung dan mana-mana tempat, masing masing mendukung kesebelasannya, dan itu menunjukkan semua berpenyakit.
CONTOH KEEMPAT
ada orang yang bekerja para perusahaan atau pemerintahan yang mengkorupsi uang rakyat, banyak uang di hambur-hamburkan untuk foya-foya, tapi itu bukan uangnya tapi uang korupsi, orang yang melakukan itu cenderung di anggap sebagai orang yang bersalah, bukan sebagai orang yang sakit.
CONTOH KELIMA
Seorang suami yang sangat menyayangi isterinya mencukupi isterinya dengan penuh kasih sayang dan kemewahan. Isterinya membalas dengan memberinya layanan yang penuh dengan kemesraan. Bahagia sekali kehidupan mereka. Si suami tidak ragu-ragu untuk meninggalkan rumahnya di bawah penjagaan isteri tercinta. Bila dia keluar negeri untuk beberapa hari karena urusan pekerjaan, dia sangat yakin dengan kesetiaan isterinya. Lantaran sangat rindukan isterinya, satu hari dia mempersingkat urusannya di luar negeri, sesudah beberapa hari isterinya tidak melihatnya tentu isterinya itu sangat merindukannya, seperti yang dia sendiri rasakan. Dia mau pulang dengan ‘surprise’.
Dia memasuki rumahnya dengan diam-diam. Dicarinya isterinya di ruang tamu tidak ada. Di dapur juga tidak ada. Agaknya isterinya sedang tidur karena kesunyian ditinggal sendirian. Lalu dia berjalan perlahan-lahan ke kamar tidurnya supaya isterinya akan terkejut nanti apabila melihatnya tiba-tiba sudah berada di sampingnya.
Dia membuka pintu biliknya dengan perlahan-lahan. Apabila dia membuka pintu biliknya dia berhadapan dengan satu pemandangan yang sangat-sangat mengejutkan. Dia hilang kesadaran dan tidak tahu apa yang terjadi. ketika kesadarannya kembali di dapatinya isterinya sudah menjadi mayat dan di sebelah mayat isterinya terbujur mayat seorang pemuda yang tidak dikenalinya. Dia melihat pistol berada di tangannya tetapi dia tidak ingat bila dia melepaskan tembakan. Peristiwa itu terjadi dengan cepat sekali sehingga dia tidak tau dan tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi. Bila dia dipenjarakan, dia masih tertanya-tanya apa dia atau ada orang lain yang telah menembak isterinya dan pemuda di dalam kamar tidurnya.
banyak sekali kejadian di masyarakat tentang kejadian dan contoh yang terjadi, apa yang terjadi itu adalah bom waktu, Setiap individu membawa bersama-sama dirinya bom waktu, Sekali sekala masyarakat dikejutkan oleh bom waktu yang sudah sampai masa untuk meletus. Masyarakat menganggapnya sebagai satu Kejadian yang biasa berlaku dalam kehidupan seharian. Peristiwa yang mengejutkan itu dibicarakan beberapa saat kemudian dilupakan. Masyarakat lupa bahwa banyak lagi bom yang belum meletus. orang yang punya bom yang sudah meletus itu mungkin memiliki beberapa biji lagi bom yang belum meletus. Dia dibiarkan bebas bergerak di dalam masyarakat dengan membawa bom-bom yang masih aktif.
Bom individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda dalam menggoncangkan masyarakat. Ada yang lemah dan ada yang kuat. Seorang suami yang hidup dengan isterinya hanya menggoncangkan keluarganya dan mungkin juga tetangganya. seorang pejabat pemerintah akan menggoncangkan area pemerintahannya dan begitu seterusnya masing masing mempunyai bom waktu yang akan menggoncangkan areanya, Begitulah kekuatan bom-bom individu yang berbeda-beda. Bom-bom individu boleh bergabung untuk menghasilkan tenaga yang lebih kuat. Satu kampung orang mengamuk akan melukai banyak orang, juga satu pasukan yang bertempur akan banyak menjadikan banyak nyawa melayang.
Penyakit yang melibatkan tubuh badan mudah dikenali dan diobati. Sebaliknya penyakit bom waktu yang ada dalam masyarakat dan setiap individu itu sulit di kenali, sehingga kita tak sadar bom itu akan meledak dan kita sama sekali tak berusaha menghindarinya, dan terbawa dalam ledakannya. dan bom waktu itu haruslah di obati dari hati dari dalam hati kita terdalam, dengan menyadari hidup yang saling menjaga dan saling menghargai hidup untuk mencapai keseamatan bersama, keselamatan dunia akherat. mengobatinya bukan dari mana-mana, atau dari apa atau dari menelisik ke arah masyarakat, tapi dari diri kita dari dalam hati terdalam kita, membenahi hati kita, mengembalikan cara hidup yang pernah di ajarkan rasulullah saw, memperbaiki budi pekerti bukan hanya lahiriah kita tapi juga batiniah kita, hati kita bukan hati yang penuh kepalsuan, dan dari dalam itulah ketentraman dan kedamaian bisa di gali.

Mahkota Ruhani