Sosial icon

Read more: http://hzndi.blogspot.com/2012/06/menambahkan-widget-icon-sprite-media.html#ixzz2Drh6nLxy

Sunday, September 21, 2014

KISAH NABI IDRIS

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Nabi Idris yang tersbut di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat benar lagi seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Qs. 19:56 -57).
Sebenarnya, nama Idris adalah “Uhnukh”. Ia mendapat predikat Idris karena banyak ber-tadarus (membaca) Kitabullah (al-Qur’an). Padahal pekerjaan sehari-harinya ialah tukang jahit. Acap kali ketika menusukan jarum, ia senantiasa melafalkan tasbih (Subhanallah, Pen). Kepada Allah. Bila sudah selesai jahitan diserahkan kepada pemiliknya dengan segera tanpa menuntut imbalan. Di samping seorang penjahit, ia juga ahli ibadat siang dan malam, sampai-sampai malaikat maut ingin menziarahinya, agar langsung dapat mengetahui ketekunan inbadahnya.
Suatu ketika, setelah memohon izin kepada Allah, datang kepadanya malaikat maut menyamar sebagai seorang lelaki tampan membawa makanan surga untuk hidangan buka puasa Nabi Idris a.s. sore itu. Sebagaimana biasa, ia berbuka puasa setiap hari dengan makanan surga yang dibawakan oleh malaikat.
“Makanlah!” Nabi Idris a.s. mulai berbuka seraya menawarkan kepada lelaki (malaikat maut) yang duduk mendampinginya. Sang lelaki diam saja. Seusai berbuka, Idris a.s. shalat. Lali ia menenggelamkan diri dalam kekhusyukan ibadah dan munajat kepada Allah swt. hingga menjelang fajar, bahkan sampai matahari menyingsing. Sang lelaki tetap menunggunya dan tidak pernah bergeser dari tempat duduknya.
“Hai laki-laki!” tegus Idris sesudah Shalat. “Tidaklah lebih baik kita berjalan-jalan menghilangkan kebekuan, menjemput keceriaan dan keriangan?”
“Baiklah.” Sambut malaikat maut. Maka berjalanlah keduanya hingga sampai di persawahan.
“Aduhai ‘kan kupetik tangkai padi itu, untuk kumakan isinya.” Ujar sang lelaki.
“Subhanallah,” sekarang Anda hendak makan barang haram setelah semalam tak mau kuajak makan?” sambut Nabi Idris terkejut.
Empat hari lamanya mereka bergaul. Dan nampaklah oleh Idris bahwa sifat dan tabiat lelaki tersebut banyak berlainan dengan manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris bertanya kepada lelaki itu : “Siapakah Anda sebenarnya?”
“Aku malaikat maut.”
“Anda sang pencabut nyawa?”
“Betul.”
“Sudah empat hari Anda bersamaku. Apakah Anda sudah mencabut nyawa seseorang?”
“Tentu. Malah sudah banyak sekali nyawa yang kucabut. Begitu aku mencabut nyawa seperti mencomot hidangan di piring sesuap demi sesuap.”
“apakah maksud kedatangan Anda untuk menjemputku, atau berkunjung?”
“aku datang untuk berkunjung.”
“Sekarang aku ingin Anda mencabut ruhku, Tetapi mohonlah kepada Allah supaya aku dihidupkan kembali. Sehingga setelah merasakan mati, aku akan bertambah beribadah.” Pinta Idris.
“Aku tak akan mencabut nyawa siapa pun tanpa izin Allah Ta’ala.” Jawab malaikat maut.
Lalu turunlah wahyu mengabulkan keinginan Idris a.s. Malaikat maut pun mencabut nyawa Idris. Setelah Nabi Idris a.s. wafat, malaikat menjadi sedih berurai air mata. Ia berdoa agar temannya. Idris dihidupkan kembali. Doanya dikabulkan Allah. Idris a.s. kembali hidup seperti sedia kala.
“Saudaraku, Idris bagaimanakah rasanya mati?” tanya malaikat maut kepadanya seraya merangkulnya.
“Sungguh, betapa mati itu lebih terasa pedih ketimbang yang dirasakan oleh seekor binatang yang dikuliti dalam keadaan hidu-hidup sampai seribu kali.” Demikian Idris melukiskan pengalaman matinya.
“Padahal inilah pencabutan nyawa yang paling hati-hati kulakukan dan dengan amat kasih sayang kepadamu, yang belum pernah kuperbuat terhadap seseorang pun selainmu.” Sambut malaikat maut.
“Wahai malaikat maut, kini kau punya keinginan lain. Aku ingin melihat Jahanam untuk rasa takutku kepadanya, dan agar akau semakin giat beribadah kepada Allah, setelah aku menyaksikan berbagai siksaan dan keadaan di sana.” Kata Idris.
“Mana mungkin kita bisa ke neraka tana izin-Nya.” Wahyu pun turun memperkenankan. Maka pergilah Idris bersama malaikat maut ke neraka Jahanam menyaksikan berbagai alat penyiksaan. : belenggu dan rantai-rantai, kobaran api dan duri-duri, timah amat panas dan air yang mendidih bergolak, ular-ular besar dan kalajengking-kalajengking.
Sepulang dari neraka, ia berkata : “Malaikat maut, sekarang aku ingin mengetahui surga. Aku ingin menyaksikan segala yang ada di sana : seperti puspa ragam keindahan, aneka kenikmatan dan kesenangan yang disediakan oleh Allah untuk orang-orang yagn beramal saleh. Agar aku lebih taat lagi.”
“Kita dapat masuk surga hanya dengan izin Allah.” Jawab malaikat. Wahyu pun turun, dan berangkatlah mereka ke surga. Tampak di mata Idris a.s. perbagai keindahan di kanan kiri aneka pemandangan penuh nikmat dan kesenangan, kelezatan dan kemegahan yang amat mengesankan, menyejukan hati dan sedap dipandang mata. Ketika itulah ia berkata kepada malaikat mat : “Saudaraku pahit getir dan sakit pedihnya mati telah kurasakan. Neraka telah kumasuki, dengan keadaannya yang mengerikan. Maka mohonkan kepada Allah agar aku boleh masuk ke dalam surga dan meneguk airnya yang sejuk segar, penghapus rasa getir dan penawar pedihnya mati.
Ia masuk setelah Alalh memperkenankan. Kemudian keluar sebentar, lalu kembali masuk untuk kedua kalinya sambil menaruh terumpahnya di pohon surgawi. Sesudah keluar, ia berkata kepada malaikat mat : “Terumpahku telah kutinggalkan di dalam surga sana.”
“Ambillah!” seru malaikat.
Idris a.s. masuk sekali lagi, dan tidak mau keluar lagi. Ketika malaikat maut memanggilnya keluar, Idris a.s. menolak tak perduli.
“Bukankah Allah berfirman :
“Setiap jiwa akan mengalami mati .....” (Qs. 3:185).
Dan aku sudah mati. Dan Dia berfirman :
“Dan tiadalah seseorang melainkan mendatanginya (neraka)...” (Qs. 19:71).
Sedang aku sudah ke sana. Juga firman-Nya :
“Dan tidaklah mereka (di dalam surga) keluar darinya........” (Qs. 15 : 48).
Maka Allah mewahyukan : “Ya malaikat maut, biarlah dia! Aku memutuskan dia untuk terlebih dahulu tinggal di dalam surga.” Kisah ini dibawakan olrh Rasulullah saw.
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Idris yang tersebut di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia seorang yang benar dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Qs. 19:56-57).
Sungguh berbahagia Idris di tengah-tengah keindahan taman Firdaus nan abadi dan di taman bahagia duniawi, berkat pelajaran yang dianugerahkan Allah Pengurus langit dan bumi. Idris banyak membaca Kitabullah dan dapat menentang kejahatan iblis terkutuk.


By.
Mahkota Ruhani