Sosial icon

Read more: http://hzndi.blogspot.com/2012/06/menambahkan-widget-icon-sprite-media.html#ixzz2Drh6nLxy

Wednesday, October 3, 2012

KOGNISI (GEJALA PENGENALAN)


BAB I
PENDAHULUAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah psikologi umum sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah memahami kepada kita tentang syariat islam.
         Dalam makalah ini kami pemakalah akan berusaha menguraikan tentang kognisi atau gejala pengenalan yang mana kognisi ini adalah merupakan proses yang dilakukan utnuk memperoleh pengetahuan melalui aktifitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan, dan berbahasa, kapasitas atau kemampuan kognisi bisa diartikan sebagai kecerdasan psikologi.

BAB II
GEJALA PENGENALAN (KOGNISI)

Gejala pengenalan (kognisi) yang termasuk kegiatan psikis/kognisi ini adalah gejala-gejala jiwa seperti: pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi, berfikir, dan intelegensi.
A. Pengamatan.
            Pengamatan atau persepsi adalah aktifitas jiwa yang memungkinkan mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indranya. Agar ia dapat menyadari sesuatu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Adanya objek yang diamati.
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Yang dimaksud stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai alat indra atau reseptor.
2. Alat indra atau reseptor yang cukup baik, yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus
3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan tanpa perhatian tidak akan terjadi pengamatan. Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan pengamatan ada syarat-syarat yang bersifat :
a. Fisik atau kealaman
b. Fisik logik
c. Psikologik.

B. Tanggapan
Tanggapan adalah bayangan kesan kenangan dari pada apa yang pernah kita amati/kenali. Selama tanggapan-tangapan itu berada dalam bawah sadar, kita sebut tanggapan latent, sedangkan tanggapan-tanggapan yang berada dalam keadaan sadar, kita sebut tanggapan aktuil.
            Perbedaan antara tangggapan dan pengamatan :
  1. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.
  2. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail atau kabur.
  3. Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tangapan tidak perlu perangsang.
  4. Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat immaginer.

C. Ingatan (Memory)
            Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ada 3 unsur dalam perbuatan ingan, ialah menerima kesan-kesan, menyimpan, dan memproduksikan.
Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan, oleh karena ingatan merupakan kemampuan yang terbatas. Secara skematis, proses ingatan itu dapat digambarkan sebagai berikut :

                  Cepat = mudah                                            mengabdi = mudah
                   Menghapal                                                    memproduksikan

                                                      Menyimpan
                  Luas = banyak      teguh = waktu yang             setia = tidak
                                                           lama                        Berubah-ubah

pada skema diatas terlihat beberapa sifat ingatan yaitu :
  1. Ingatan yang cepat dan mudah, artinya seseorang dapat dengan mudah menerima kesan-kesan
  2. Ingatan yang luas, artinya sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas..
  3. Ingatan yang teguh, artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa).
  4. Ingatan yang setia, artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya.
  5. ingatan mengabdi atau patuh, berarti bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi secara lancar.
Cara penyelidikan ingatan:
1. metode mempelajari. (the leraning method)
      Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek, untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
2. Metode mempelajari kembali (the relarning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari sampai pada suatu kriteria tertenu seperti pada pelajaran   tersebut pada pertama kali.
3. Metode rekontruksi.
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkontruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkontruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat pada waktu kriteria tertentu.
4. Metode mengenal kembali.
Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh mempelajari sesuatu materi kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat dingat dengan brntuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan ganda (multiple choise).
5. metode mengingat kembali.
Metode ini ialah mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6. metode asosiasi berpasangan.
Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evalusi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subjek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya.




D. Asosiasi.
            Asosiasi tangapan ialah sangkut-paut antara tanggapan atau dengan yang lainnya didalam jiwa. Tanggapan yang berasosiasi berkecendrungan untuk memproduksi, artinya apabila yang satu disadari maka yang lain ikut disadari pula.
Walaupun dalam asosiasi itu ada semacam kebebasan, namun pada dasarnya mengikuti hukum-hukum tertentu, seperti yang dikemukakan oleh aritoteles sebagai berikut :
Hukum I    :  Hukum sama waktu; artinya tanggapan-tanggapan yang muncul pada saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama. Misalnya, jika seseorang mengingat gurunya maka teringat pula cara mengajarnya, dan lain sebagainya.
Hukum II  :  Hukum berurutan : artinya tanggapan mempunyai hubungan berturut-turut berasosiasi dan direproduksi kedalam kesadaran. Misalnya, huruf-huruf abjad, melodi, sejak,, dan lain sebagainya.
Hukum III :  Hukum persamaan; artinya tanggapan yang hampir sama dan benda-benda yang hampir sama berasosiasi dan direproduksi kedalam kesadaran. Misalnya, potret menimbulkan orangnya, dan lain sebagainya.
Hukum IV :  Hukum perlawanan; artinya tanggapan-tanggapan yang berlawanan berasosiasi dan direproduksi kesadaran. Misalnya, tua-muda, modern-kuno, besar-kecil dan lain sebagainya.
Hukum V  :  hukum sebab akibat atau pertalian logis; artinya tanggapan-tanggapan yang mempunyai kaitan logis satu sama lain, timbul bersama-sama, erasosiasi, dan diproduksi kedalam kesadaran. Misalnya, jika hujan lebat menimbulkan jalan licin, dan lain sebagainya.
         Bagi psikologi modern hanya mengenal stau hukum asosiai yaitu hukum kontiguitas (beralasan, berdampingan). Bunyi hukum kontigunitas ialah “Tanggapan-tanggapan akan terasosiasi satu sama lain apabila mereka itu kontinu, berdampingan atau berbatasan satu sama lain, karena timbul bersamaan (koeksisten) secara suksesif didalam kesadaran:.

E. Fantasi (Khayalan)
         Yang dimaksud dengan fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadpinya dan menjangkau masa depan, keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi :
  1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul meyadari akan fantasinya.
  2. Secara tidak disadari, yaitu bila iindividu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya, keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta.
Bedanya dengan berpikir ialah :
  1. Dengan berpikir kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, dengan berfantasi kita menciptakan sesatu yang belum ada, sesuatu yang baru.
  2. Berpikir terikat kepada realitas, berfantasi melepaskan kota dari realitas.

F. Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktifitas psikis yang intensional dan terjadi apabila seorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan.
Jenis-jenis berfikir yang terjadi/dilakukan orang dalam hal ini dibedakan 3 bentuk berfikir yaitu:
  1. Yang representatif; yaitu berfikir yang terletak pada batas tanggapan dan berfikir.
  2. Yang memahami; yaitu yang lebih berdifat hasil dari pada berfikir aktivitet.
  3. Yang menyusun atau strukturir; termasuk disini usaha menguraikan dan mengatur, dianggap sebagai keigiatan berfikir yang murni atau sebenarnya.
Selanjutnya dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk berfikir diatas terutama mengenai berfikir murni/ sebenarnya dapat dibedakan sebagai berikut :
  1. Berfikir yang kreatif inovatif dan produktif.
  2. Berfikir tak kreatif reproduktif/eksekutif.

G. Intelegensi (kecerdasan)
Intelegensi berasal dari kata latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut istilah pedagogik yang dimaksud dengan intelegensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfkir menurut tujuannya.
Tingkatan intellegensi ada 2 yaitu.
  1. Tingkat rendah adalah orang yang daya pikirnya lemah, terlalu bodoh, tidak sanggup untuk mengemudikan/mengurus hidupnya sendiri.
Tingkat tinggi yaitu temasuk intellefensi tingkat tinggi ini ialah orang-orang yang sangat cerdas atau berbakat istimewa/genius. Mereka memiliki iq: 140 keatas.


BAB III
PENUTUP

Dengan terciptanya makalah ini semoga kita bisa lebih memahami tentang  mata kuliah psikologi umum khusunya pada pembahasan kognisi. Dan kami menyadari dalam pembuatan makalah ini kami merasa banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran dari dosen dan saudara-saudara kami tunggu, supaya kesalahan-kesalahan ynag terjadi sekarang tidak teulang kembali dalam makalah-malaklah berikutnya. Dan mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi pemakalah dan bagi kita semua. Amiin









Referensi :
         Drs. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, pedoman ilmu jaya, Jakarta, 2001.




No comments:

Post a Comment